Mengenal Lebih Dekat Penyakit Demam Berdarah Dengue(DBD)
Salah satu jenis penyakit yang saat ini mengalami kenaikan jumlah penderita yang cukup tinggi yaitu demam berdarah dengue (DBD). DBD dapat menyebabkan gejala ringan hingga syok dan kematian apabila tidak ditangani dengan tepat. Hal itulah yang mengakibatkan kasus DBD di beberapa wilayah kabupaten atau provinsi di Indonesia dinyatakan sebagai suatu Kejadian Luar Biasa atau KLB.
Beberapa pasien bisa rawat jalan, namun tidak sedikit pula yang harus dirawat inap. DBD sudah ada sejak tahun 1968 yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Tidak sedikit dari para pasien yang berdatangan ke rumah sakit sudah dalam kondisi yang yang cukup berat, bahkan pasien tersebut ada yang berada dalam keadaan syok. Keadaan syok dikenal juga dengan istilah Dengue Shock Syndrome/DSS. Kondisi ini merupakan salah satu komplikasi penyakit DBD.
Apakah Penyebab DBD?
Penyakit DBD merupakan sebuah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue itu sendiri merupakan salah satu virus yang masuk dalam genus Flavivirus. Ketika seseorang terinfeksi oleh virus tersebut, memang tidak selalu orang akan menderita DBD. Manifestasi dari virus tersebut memang cukup bervariasi, mulai dari demam yang tidak khas, infeksi tanpa gejala, demam dengan atau tanpa disertai terjadinya perdarahan, bahkan hingga kondisi yang paling berat, yaitu ketika mereka sudah mengalami Dengue Shock Syndrome atau DSS yang bisa mengakibatkan kematian bagi penderitanya.
Penularan penyakit DBD melalui perantara nyamuk Aedes aegypti. Namun yang menyebabkan penularan tersebut tidak hanya nyamuk Aedes aegypti saja, melainkan terdapat jenis nyamuk lain yaitu Aedes albopictus serta jenis nyamuk yang paling jarang adalah Aedes scutellaris dan Aedes polynesiensis.
Metode penularannya sendiri yaitu nyamuk Aedes tersebut akan menggigit manusia serta menghisap darah. Nyamuk ini biasanya akan menggigit mangsa pada pagi hari hingga petang. Nyamuk ini juga senang menggigit berulang-ulang pada banyak orang. Itu merupakan salah satu alasan di sebuah tempat DBD dapat menginfeksi banyak orang sekaligus.
Nyamuk Aedes aegypti umumnya hidup di area umum atau sekitar perumahan. Nyamuk-nyamuk tersebut suka sekali beristirahat di tempat yang cenderung gelap, seperti contohnya kain yang bergantungan dibalik pintu atau di bawah kolong kursi dan meja.
Jarak terbang dari nyamuk Aedes aegypti mencapai 100 hingga 200 meter dan mereka suka sekali meletakkan telur di area penampungan air bersih yang tidak langsung berhubungan dengan tanah seperti tempat minum burung, vas bunga, ban bekas yang di dalamnya terisi oleh genangan air hujan, tempat minuman yang di dalamnya terisi oleh genangan air hujan. Telur tersebut akan mulai berubah menjadi larva atau jentik-jentik nyamuk. Untuk selanjutnya jentik nyamuk akan berkembang menjadi nyamuk Aedes aegypti dewasa. Proses dari telur hingga akhirnya berubah menjadi nyamuk dewasa tersebut setidaknya akan membutuhkan waktu 7 hingga 10 hari. Maka dari itu, kegiatan menguras tempat penampungan memang perlu untuk Anda lakukan setidaknya setiap 7 hari sekali.
Bagaimana Proses Penularan Penyakit DBD?
Nyamuk betina terinfeksi oleh virus dengue ketika mereka mulai menghisap darah dari pasien DBD pada periode waktu 2 hingga 5 hari sesudah demam muncul. Virus akan mengalami periode inkubasi selama 12 hari dan selama melewati masa tersebut virus akan mulai tumbuh dan berkembang biak pada saluran pencernaan nyamuk hingga akhirnya virus tersebut sampai di bagian kelenjar ludah.
Ketika nyamuk menggigit orang yang sehat, maka nyamuk tersebut akan mulai mengeluarkan cairan ke dalam luka gigitan dan menyebabkan orang tersebut juga tertular virus dengue. Masa inkubasi dari penyakit tersebut berlangsung dari 3 hari hingga 14 hari, dan setelah itu akan mulai muncul gejala-gejala dari penyakit DBD tersebut.
Salah satu cara yang efisien dan efektif untuk menghindari gigitan berbahaya nyamuk Aedes aegypti, yaitu dengan melakukan pencegahan yang dikenal dengan nama 3M Plus. Beberapa pencegahan yang bisa dilakukan meliputi:
Menguras
Tindakan pertama yang bisa dilakukan yaitu dengan rutin menguras. Anda perlu membersihkan serta menguras berbagai tempat yang memiliki potensi jadi penampungan air, seperti contohnya kendi, bak mandi, ember, toren air, dan tempat-tempat lain.
Selain itu, dinding bak maupun tempat dari penampungan air tersebut perlu untuk Anda gosok, tujuannya yaitu supaya bisa membuang telur nyamuk yang sudah menempel di bagian dinding wadah penampungan air.
Kegiatan menguras ini penting untuk Anda lakukan setiap hari, terlebih lagi ketika memasuki musim penghujan untuk memutus siklus hidup dari nyamuk Aedes aegypti. Perlu untuk Anda ketahui, telur nyamuk DBD ini memang memiliki kemampuan bertahan di area kering selama kurang lebih 6 bulan lamanya.
Menutup
Wadah yang memiliki potensi menampung air perlu untuk ditutup dengan rapat. Selain itu, Anda perlu mengubur barang bekas ke dalam tanah karena barang rongsokan yang kotor dan tidak terpakai memiliki potensi besar untuk menjadi sarang dari nyamuk Aedes aegypti tersebut.
Menggunakan kembali atau mendaur ulang
Langkah pencegahan yang terakhir yaitu memanfaatkan kembali limbah barang-barang bekas yang bisa untuk didaur ulang. Terutama di sini benda-benda bekas yang masih memiliki potensi sebagai tempat perkembangbiakan dari nyamuk Aedes aegypti.
Selain melakukan cara-cara di atas, masih banyak lagi cara-cara lain yang perlu untuk Anda terapkan supaya terhindar dari bahaya DBD, di antaranya menanam tanaman pengusir nyamuk, memasang kawat kasa di bagian ventilasi, meletakkan pakaian bekas di dalam wadah yang tertutup, memelihara ikan yang suka memakan jentik nyamuk, rutin memeriksa tempat-tempat yang menjadi penampungan air, memakai obat anti nyamuk dan berkonsultasi dengan dokter untuk melakukan vaksinasi demam berdarah
Perhatian:
Artikel ini ditujukan untuk informasi publik dan bukan sebagai bentuk anjuran medis
Referensi berikut digunakan berdasarkan waktu pembuatan artikel dan mungkin telah terdapat pembaharuan pada saat Anda membaca. Oleh karena itu, Kami mendorong pembaca untuk dapat memeriksa kembali referensi berikut dengan studi atau sumber terkini yang lebih baru.
Referensi:
- Kemenkes RI. 2021. Buletin Jendela Epidemiologi DBD. Jakarta: Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kemenkes RI. Tersedia di: https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjZiYff7rP3AhX663MBHYJwAdsQFnoECAkQAQ&url=https%3A%2F%2Fpusdatin.kemkes.go.id%2Fdownload.php%3Ffile%3Ddownload%2Fpusdatin%2Fbuletin%2Fbuletin-dbd.pdf&usg=AOvVaw1xmmry-1nBrUwE73m7ibUT (diakses pada 10 Mei 2022).
- Kemenkes RI. 2019. Kesiapsiagaan Menghadapi Peningkatan Kejadian DBD Tahun 2019. Tersedia di: http://p2p.kemkes.go.id/kesiapsiagaan-menghadapi-peningkatan-kejadian-demam-berdarah-dengue-tahun-2019/#:~:text=Menggunakan%20kelambu%20saat%20tidur%2C,nyamuk%2C%20dan%20lain%2Dlain (diakses pada 10 Mei 2022).
- IDAI. 2019. Memahami DBD (Bagian 1). Tersedia di: https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/memahami-demam-berdarah-dengue (diakses pada 10 Mei 2022).
- IDAI. 2019. Memahami DBD (Bagian 2). Tersedia di: https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/memahami-demam-berdarah-dengue-bagian-2 (diakses pada 10 Mei 2022).
- IDAI. 2016. Waspada DBD. Tersedia di: https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/waspada-demam-berdarah-dengue (diakses pada 10 Mei 2022).
Add new comment