"Diminta istirahat dulu sama Allah, diingetin lewat nyamuk." Begitulah kata Zaskia Adya Mecca ketika dirinya divonis terkena demam berdarah dengue (DBD). Sebuah pengalaman yang tak disangka, namun tetap ia jalani dengan ketenangan dan penuh kesabaran.
Sebagai seorang ibu lima anak sekaligus istri dari sutradara ternama Hanung Bramantyo, Zaskia dikenal sebagai sosok yang aktif dan penuh energi. Namun, DBD mengubah rutinitasnya dalam sekejap. Meski tak harus dirawat di rumah sakit, perjuangannya melawan penyakit ini tetap berat. Yuk, simak kisah lengkapnya! 1
Semuanya berawal dari sakit kepala hebat yang tak kunjung reda meskipun sudah minum obat. Rasa ngilu mulai menjalar ke seluruh tubuh, membuatnya sulit tidur selama dua hari.
“Aku pikir cuma kelelahan biasa. Tapi kok makin hari makin parah,” ungkapnya.
Nyeri otot dan demam yang tak turun akhirnya membuatnya memeriksakan diri ke dokter. Hasilnya? Positif DBD.
Setelah didiagnosa DBD, dokter memutuskan bahwa Zaskia cukup menjalani perawatan di rumah. Namun, kondisinya tetap harus dipantau ketat. Infus pun menjadi bagian dari kesehariannya untuk menjaga cairan tubuh tetap stabil.
Sayangnya, ada satu masalah yang bikin deg-degan. Infus yang digunakan tidak memiliki alat penyaring gelembung udara. Akibatnya, ia harus ganti selang infus dua kali sehari untuk menghindari risiko bahaya dari udara yang masuk ke pembuluh darah.
"Sudah bilang dari hari pertama, tapi enggak diganti-ganti juga. Gemas!" keluhnya di Instagram.
Pada hari ketiga, kondisi tubuhnya masih belum stabil. Demam tetap bertahan, mual semakin parah, dan lidah terasa pahit. Selera makan pun hilang.
"Aku tidur di rumah Mama, biar bisa diawasi. Papa (Hanung Bramantyo) ngungsi ke kamar atas," ceritanya.
Tak hanya itu, anak-anaknya pun ikut kebingungan melihat sang ibu diinfus namun tetap berada di rumah. Salah satu anaknya bertanya, "Bia kenapa, kok pakai infus?"
Jawaban Zaskia sederhana namun penuh makna, "Bia digigit nyamuk, tapi nyamuknya agak galak." Sebuah pengingat bahwa sekecil apapun, gigitan nyamuk bisa membawa dampak besar.
Pengalaman Zaskia ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa DBD bisa menyerang siapa saja, kapan saja. Bahkan di rumah sendiri pun kita tidak benar-benar aman jika tidak melakukan pencegahan. Agar kejadian serupa tidak terjadi pada keluarga kita, yuk lakukan #Ayo3MPlusVaksinDBD:1
Plus yaitu berbagai cara tambahan untuk menghindari gigitan dan perkembangbiakan nyamuk. Menggunakan kelambu saat tidur, memakai losion anti nyamuk, serta mengenakan pakaian panjang dapat membantu melindungi tubuh dari gigitan nyamuk. Tak hanya itu, menanam tanaman pengusir nyamuk seperti lavender atau sereh, serta menaburkan larvasida di tempat-tempat yang sulit dikuras, juga bisa menghambat perkembangbiakan nyamuk di sekitar rumah. Dengan kombinasi langkah-langkah ini, risiko penyebaran demam berdarah bisa ditekan secara lebih optimal.
Vaksinasi DBD 2, Jangan lupa, konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang vaksinasi DBD sebagai perlindungan tambahan bagi keluarga. Dokter dapat memberikan penjelasan mengenai manfaat vaksin, siapa saja yang bisa mendapatkannya, serta jadwal penyuntikan yang sesuai. Dengan berkonsultasi langsung, Moms dan Dads juga bisa memastikan apakah vaksin DBD sudah tersedia di daerah tempat tinggal dan bagaimana prosedur pemberiannya. Mengingat kasus DBD yang bisa meningkat di musim hujan, mengambil langkah pencegahan dengan vaksinasi adalah investasi kesehatan yang penting untuk menjaga buah hati tetap aman dari risiko gejala berat.
Jangan lupa juga pakai losion anti nyamuk, semprot ruangan sebelum tidur, dan pastikan lingkungan sekitar selalu bersih.
Zaskia Adya Mecca bersyukur karena bisa pulih tanpa perlu rawat inap. Namun, tidak semua orang seberuntung itu. Kasus DBD di Indonesia masih terjadi, dan jika tidak ditangani dengan cepat, bisa berujung fatal. Jadi, yuk kita lebih waspada dan jangan sampai lengah! Ingat, mencegah selalu lebih baik daripada mengobati.
Artikel ini dimaksudkan untuk informasi dan kesadaran publik, dan untuk tujuan edukasi. Artikel gak dimaksudkan sebagai bentuk anjuran medis. Artikel ini telah disupervisi oleh:
dr. Carissa R.V Pratiwi
Referensi:
Takeda merupakan perusahaan biofarmasi global yang berfokus pada pasien, berbasis nilai, dan digerakkan oleh penelitian & pengembangan dengan komitmen untuk mewujudkan kesehatan lebih baik dan masa depan lebih cerah kepada masyarakat di seluruh dunia. Semangat dan upaya kami dalam pengobatan yang berpotensi mengubah kehidupan bagi pasien mengakar kuat selama lebih dari 230 tahun sejarah kami di Jepang.
© Copyright 2023 PT Takeda Innovative Medicines.
Takeda and the Takeda Logo are registered trademarks of PT Takeda Innovative Medicines. All rights reserved.
C-ANPROM/ID/QDE/0146 | Aug 2023