Jangan Sepelekan Demam Berdarah pada Anak, Kenali Gejala dan Cegah Infeksinya!
Ketika telah memasuki musim pancaroba, terdapat berbagai macam penyakit yang bisa mengancam kesehatan buah hati Anda di rumah, salah satunya adalah demam berdarah dengue (DBD). Beberapa dari Anda mungkin sudah sangat familiar dan tidak asing dengan penyakit yang satu ini. DBD adalah jenis penyakit yang diakibatkan oleh virus dengue, yang ditularkan pada manusia melalui perantara gigitan nyamuk. Biasanya jenis nyamuk yang menjadi pembawa virus dengue dan menularkan pada manusia tersebut adalah nyamuk Aedes aegypti. DBD termasuk dalam salah satu penyakit yang bisa menyerang orang dewasa, bayi dan juga anak-anak yang ada di rumah.
Dalam beberapa tahun terakhir, kasus pasien yang terjangkit DBD ini terus mengalami peningkatan. WHO bahkan telah mencatat setidaknya terdapat 100 juta hingga 300 juta kasus tidak bergejala yang terjadi tiap tahunnya di seluruh belahan dunia. DBD dapat mengakibatkan gejala berat hingga kematian bagi penderitanya apabila tidak segera ditangani dengan tepat. Karena itulah penyakit ini memang tidak bisa diremehkan, terutama jika terjadi pada buah hati Anda.
Apakah Gejala Demam Berdarah Pada Anak?
Pada tahun 2022, proporsi kasus DBD pada anak usia 5-14 tahun di Indonesia sebesar 36,10%. Gejala dari penyakit DBD perlu untuk Anda ketahui. Perjalanan infeksi DBD terdiri dari tiga fase, yaitu fase demam, fase kritis dan fase penyembuhan. Untuk fase demam itu sendiri terjadi pada satu hingga tiga hari pertama dan biasanya akan muncul demam yang cukup tinggi secara mendadak.
Untuk fase kritis terjadi dari hari ketiga hingga hari ketujuh setelah demam muncul. Di dalam fase tersebut terjadi kebocoran plasma pada pasien sehingga dapat mengalami syok. Dalam fase ini dibutuhkan kewaspadaan, karena itulah Anda perlu mengenali tanda-tanda bahayanya. Tanda bahaya tersebut antara lain demam turun namun keadaan anak belum membaik, buah hati juga dapat mengalami muntah serta nyeri di bagian perut, lemas, rewel, sesak napas, pendarahan yang terjadi secara spontan, tidak buang air kecil selama kurang lebih 4 hingga 6 jam dan juga kejang.
Apabila muncul tanda bahaya tersebut pada buah hati Anda, maka Anda harus segera membawa mereka ke rumah sakit. Ketika fase kritis telah dilalui, maka buah hati akan memasuki fase penyembuhan.
Pencegahan DBD
Tindakan pencegahan ini perlu untuk segera dilakukan agar DBD tidak menyerang buah hati Anda di rumah. Beberapa hal yang dapat Anda lakukan adalah membersihkan atau menghilangkan genangan air yang ada di sekitar rumah, termasuk bak mandi dan tempat penampungan air lain. Genangan air ini memang memiliki potensi sebagai tempat untuk nyamuk DBD berkembang biak. Selain itu, tempat penampungan air yang telah bersih dapat ditutup rapat untuk menghindari nyamuk bersarang di dalamnya.
Selain dengan menjaga kondisi rumah tetap bersih agar tidak menjadi tempat nyamuk berkembangbiak, meningkatkan daya tahan tubuh juga penting untuk dilakukan. Sebaiknya Anda selalu memenuhi kebutuhan nutrisi anak agar sistem imunnya dapat bekerja optimal untuk melindungi tubuh dari DBD.
Salah satu vitamin yang berperan dalam menjaga daya tahan tubuh adalah vitamin C. Anda bisa menemukan asupan vitamin C tersebut pada buah-buahan, seperti jeruk, jambu biji, stroberi, pepaya, leci, kiwi dan lain sebagainya. Nantinya Anda pun juga bisa mengonsumsi sayuran, seperti bayam, tomat, kentang, kangkung, paprika dan juga brokoli.
Ajak Buah Hati untuk Berolahraga
Selain dengan makan makanan bergizi, olahraga bisa membuat sistem kekebalan tubuh Anda jadi lebih kuat. Olahraga membantu memperlancar peredaran darah, menurunkan tingkat stres, serta meningkatkan kualitas tidur si kecil hingga risiko infeksi terjadinya penyakit DBD pun akan berkurang. Selama pandemi, olahraga tidak harus selalu dilakukan di luar rumah. Sebagai gantinya, di sini Anda bisa mengajak anak-anak Anda untuk berolahraga di area halaman rumah, serta melakukan peregangan disela-sela aktivitas rutin.
Biasakan Buah Hati Tidur dengan Cukup
Istirahat secara cukup akan memperbaiki kemampuan anak dalam berkonsentrasi dan juga fokus. Selain itu juga dengan tidur yang cukup akan memelihara daya tahan tubuhnya terhadap berbagai macam penyakit.
Perhatian:
Artikel ini ditujukan untuk informasi publik dan bukan sebagai bentuk anjuran medis
Referensi berikut digunakan berdasarkan waktu pembuatan artikel dan mungkin telah terdapat pembaharuan pada saat Anda membaca. Oleh karena itu, Kami mendorong pembaca untuk dapat memeriksa kembali referensi berikut dengan studi atau sumber terkini yang lebih baru.
Referensi:
- WHO. 2020. Dengue and severe dengue. Tersedia di: https://www.who.int/health-topics/dengue-and-severe-dengue (diakses pada 10 Mei 2022).
- IDAI. 2016. Waspada DBD. Tersedia di: https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/waspada-demam-berdarah-dengue (diakses pada 10 Mei 2022).
- Kemenkes RI. 2019. Kesiapsiagaan menghadapi peningkatan kejadian demam berdarah engue tahun 2019. Tersedia di: http://p2p.kemkes.go.id/kesiapsiagaan-menghadapi-peningkatan-kejadian-demam-berdarah-dengue-tahun-2019/ (diakses pada 10 Mei 2022).
- IDAI. 2016. Gerakan bersama melawan demam berdarah. Tersedia di: https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/gerakan-bersama-melawan-demam-berdarah. (diakses pada 10 Mei 2022).
- Kemenkes. 2022. Tips aman terhindari dari DBD. Tersedia di: https://promkes.kemkes.go.id/tips-aman-terhindar-dari-demam-berdarah-dengue (diakses pada 10 Mei 2022).
Add new comment