Saat anak jatuh sakit, terutama terkena demam berdarah dengue (DBD), orang tua pasti langsung panik dan khawatir. Wajar saja, karena DBD bukan sekadar demam biasa. Penyakit ini bisa menyebabkan kondisi serius jika tidak ditangani dengan baik. Salah satu hal yang sering diabaikan padahal sangat krusial dalam pemulihan anak dari DBD adalah menjaga keseimbangan cairan tubuh. Banyak orang hanya fokus pada trombosit yang turun, padahal dehidrasi bisa menjadi ancaman yang sama berbahayanya.
Ketika anak terkena DBD, tubuhnya mengalami banyak perubahan. Demam tinggi yang berlangsung berhari-hari menyebabkan tubuh kehilangan cairan lebih cepat. Ditambah lagi, anak yang sakit sering kali sulit makan dan minum, sehingga tubuh makin kekurangan cairan. Dalam beberapa kasus, DBD juga bisa menyebabkan kebocoran plasma darah, yang membuat tubuh kehilangan lebih banyak cairan tanpa disadari. Kalau sudah begini, kondisi anak bisa memburuk dengan cepat. Dehidrasi bisa menyebabkan lemas, syok, bahkan berujung pada kegagalan organ jika tidak segera ditangani. Sebagai orang tua, memahami pentingnya cairan dalam pemulihan DBD adalah langkah pertama yang harus dilakukan. Cairan bukan hanya sekadar pengganti keringat yang hilang, tetapi juga berperan penting dalam menjaga sirkulasi darah tetap stabil, membantu tubuh melawan virus, dan mempercepat proses penyembuhan. Bahkan, dalam banyak kasus, anak dengan DBD yang mendapatkan cairan cukup bisa pulih lebih cepat dan terhindar dari risiko komplikasi.1
Namun, memberi cairan pada anak yang sedang sakit tidak semudah yang dibayangkan. Banyak anak yang menolak minum karena merasa mual, lemas, atau lidahnya terasa pahit. Ada juga yang hanya ingin tidur sepanjang hari, membuat orang tua bingung bagaimana cara memastikan tubuhnya tetap terhidrasi. Oleh karena itu, orang tua harus lebih kreatif dalam memberikan cairan. Tidak harus selalu air putih, ada banyak alternatif cairan lain yang bisa diberikan untuk memastikan kebutuhan cairan tetap terpenuhi.
Salah satu pilihan terbaik adalah oralit, yang mengandung elektrolit penting untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang. Oralit bisa dibeli di apotek atau dibuat sendiri dengan mencampurkan garam dan gula dalam air hangat. Selain itu, air kelapa juga bisa menjadi pilihan karena mengandung elektrolit alami yang mirip dengan cairan tubuh. Jika anak menolak minum air biasa, jus buah segar seperti jus jambu merah juga bisa diberikan, karena selain menghidrasi, jus ini juga mengandung vitamin C yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh.2
Selain jenis cairan yang diberikan, cara memberikannya juga harus diperhatikan. Jika anak tidak mau minum dalam jumlah besar sekaligus, coba beri dalam porsi kecil tetapi lebih sering. Gunakan sedotan atau botol minum dengan desain lucu untuk membuatnya lebih menarik. Jika anak sangat sulit minum, cobalah memberikan cairan dalam bentuk menarik buatan sendiri dari jus buah atau oralit yang dikreasikan. Cara ini bisa membantu anak mendapatkan cairan tanpa merasa terpaksa.
Selain menjaga asupan cairan, orang tua juga harus memperhatikan tanda-tanda dehidrasi. Beberapa tanda yang menunjukkan bahwa anak kekurangan cairan adalah bibir kering, mata cekung, jarang buang air kecil, lemas, dan kulit terasa dingin. Jika anak sudah menunjukkan tanda-tanda ini, segera tingkatkan asupan cairan atau konsultasikan ke dokter. Jangan menunggu sampai anak benar-benar lemas, karena pada tahap ini, dehidrasi sudah masuk ke tingkat yang lebih serius.3
Dalam beberapa kasus, anak mungkin membutuhkan cairan infus jika tidak bisa minum sendiri atau jika dehidrasi sudah cukup parah. Jangan ragu untuk membawa anak ke rumah sakit jika kondisinya memburuk, terutama jika ia mengalami muntah terus-menerus, perdarahan, atau kesulitan bernapas. Meskipun hidrasi di rumah sangat penting, ada kondisi tertentu di mana perawatan medis lebih dibutuhkan untuk memastikan pemulihan yang optimal.
Setelah kondisi anak mulai membaik, tetap pastikan ia mendapatkan cukup cairan selama masa pemulihan. Jangan langsung menganggap anak sudah sembuh sepenuhnya hanya karena demamnya turun. Proses pemulihan setelah DBD bisa memakan waktu beberapa minggu, dan selama masa ini, tubuh masih membutuhkan banyak cairan untuk memperbaiki jaringan yang rusak dan mengembalikan stamina. Selain itu, dorong anak untuk makan makanan bergizi agar daya tahan tubuhnya kembali optimal.
Pada akhirnya, menjaga keseimbangan cairan adalah kunci utama dalam pemulihan anak dari DBD. Dengan memastikan tubuh anak tetap terhidrasi, risiko komplikasi bisa dikurangi, dan pemulihan bisa berjalan lebih cepat. Orang tua harus selalu sigap dalam memantau kondisi anak dan tidak ragu untuk mencari bantuan medis jika diperlukan. DBD memang penyakit yang berbahaya, tetapi dengan perawatan yang tepat, anak bisa sembuh dan kembali ceria seperti sedia kala.
Jadi, jangan anggap sepele pencegahan DBD! Selain menjaga asupan cairan saat sakit, langkah terbaik adalah mencegah infeksi sejak awal. Lakukan 3M Plus dengan menguras tempat penampungan air, menutup rapat wadah air, dan mendaur ulang barang bekas yang bisa jadi sarang nyamuk. Plus-nya? Gunakan kelambu, pakaian tertutup, losion anti-nyamuk, serta pastikan lingkungan tetap bersih dan bebas genangan air.4 Sebagai perlindungan tambahan, vaksinasi DBD bisa membantu mengurangi risiko jika terinfeksi. 5
Jangan ragu untuk konsultasi ke dokter guna mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai vaksinasi DBD dan langkah pencegahan lainnya. Temukan lokasi vaksinasi terdekat di CegahDBD.com lewat fitur “Lokasi Vaksinasi”. Dengan satu klik, kamu bisa mengetahui tempat vaksinasi DBD di sekitarmu dan segera melindungi diri serta keluarga dari risiko demam berdarah. Jangan tunggu sampai terlambat, cegah sekarang, lindungi lebih awal! #Ayo3MPlusVaksinDBD
Artikel ini dimaksudkan untuk informasi dan kesadaran publik, dan untuk tujuan edukasi. Artikel gak dimaksudkan sebagai bentuk anjuran medis. Artikel ini telah disupervisi oleh:
dr. Carissa R.V Pratiwi
Referensi:
Takeda merupakan perusahaan biofarmasi global yang berfokus pada pasien, berbasis nilai, dan digerakkan oleh penelitian & pengembangan dengan komitmen untuk mewujudkan kesehatan lebih baik dan masa depan lebih cerah kepada masyarakat di seluruh dunia. Semangat dan upaya kami dalam pengobatan yang berpotensi mengubah kehidupan bagi pasien mengakar kuat selama lebih dari 230 tahun sejarah kami di Jepang.
© Copyright 2023 PT Takeda Innovative Medicines.
Takeda and the Takeda Logo are registered trademarks of PT Takeda Innovative Medicines. All rights reserved.
C-ANPROM/ID/QDE/0146 | Aug 2023